Senin, 05 April 2010

Sisi Lain Keraton Sambas

Tuesday, December 15, 2009

Masa keemasan Kerajaan Sambas telah berakhir. Namun sisa-sisa kebesarannya masih bisa disaksikan hingga kini. Salah satunya adalah keberadaan Keraton Sambas yang masih berdiri kokoh di sisi muara dari tiga cabang anak sungai di Sambas. Rasa hormat masyarakat pun masih tinggi terhadap keluarga keraton. Uniknya, banyak kisah-kisah kisah seputar keraton yang sulit diterima logika.

Sulit rasanya mencari keterangan lengkap asal mula nama Sambas. Namun, cerita rakyat, menyebut bahwa nama Sambas berasal dari dua orang sahabat yakni Samsudin dan Abas. Samsudin berasal dari Suku Daya dan Abas suku Melayu. Di antara mereka ada seorang tokoh keturunan Tionghoa. Dalam bahasa Cina, persahabatan mereka disebut Sam yang artinya tiga. Maka orang-orang Tionghoa di sana menyebut mereka Sambas.

Menurut satu versi, asal mula Sambas berasal dari Paloh, pusatnya kerajaan urang Kibanaran atau kaum Bunian. Dan orang yang kali pertama kawin dengan kaum Bunian adalah Samsudin. Sejak perkawinannya dengan kaum Bunian di Paloh, Samsudin tidak pernah memperlihatkan dirinya lagi. Dikabarkan bila Samsudin telah menjelma menjadi bangsa Kibanaran atau kaum Bunian. Wujudnya menghilang dan tak nampak lagi oleh pandan¬gan mata.

Namun meski berbeda alam, Samsudin masih mengikuti kedua sahabatnya. Ke manapun mereka pergi, Sam selalu ikut. Begitu pula sebaliknya. Persahabatan mereka kekal dan dikenal sejarah hingga kini. Sampai suatu ketika, ketiga sahabat ini meneguhkan perjanjian untuk tidak saling menyakiti sampai akhir hayat. Sejak itu seakan tercetus ikrar antara suku Dayak yang disebut orang darat dan suku Melayu yang disebut orang Laut.

Sebagai tanda ikrar, diambillah sebongkah batu bekas reruntuhan Gunung Sibatu. Terucaplah ikrar keramat mereka, "jika batu itu timbul, maka akan perang orang darat melawan orang laut. Serta merta dengan ikrar, dibuanglah batu di persimpangan Sungai Tibarrau dan Sungai Subah.Tiba-tiba air tempat jatuhnya batu berputar, seperti hendak memberikan peringatan bahwa janji yang dibuat tak boleh dilanggar.

Sampai saat ini, masih bisa disaksikan air di sekitar tempat itu masih berputar. Orang-orang Sambas menyebutnya Muara Ulakkan, karena air mengulak atau berputar. Akhirnya tercetuslah nama Sambas yang berasal dari Samsudin dan Abas. Daerah itupun dikenal banyak buayanya. Salah satunya terdapat seekor bu¬aya kuning. Oleh penduduk di sana, raja air itu dinamakan Nek Goro atau Nek Agou. Bila cuaca hujan rintik yang dibarengi sinar matahari (hujan panas), buaya ini akan menampakkan diri. Ia berenang hilir mudik dengan tenangnya.

Sumur Keramat

Di sisi Keraton Sambas, terdapat sebuah sumur yang airnya berwarna keputih-putihan. Sumur ini sangat dikeramatkan karena memiliki keampuhan. Bagi warga Sambas, kisah beberapa tahun lalu masih terngiang-ngiang. Beberapa tahun silam, sumur keraton ini sangat populer. Tepatnya ketika meletus kerusuhan antarsuku yang memakan banyak korban. Tragedi berdarah itu terekam dalam lukisan besar di dalam ruangan utama Keraton Sambas. Sehari-harinya, air sumur ini tak pernah digunakan. Sebab keluarga keraton lebih sering memakai air sungai untuk keperluan sehari-hari.

Menurut cerita, air sumur ini memiliki keampuhan yang sangat luar biasa. Hanya saja, keajaiban air sumur ini muncul bila terjadi suatu keadaan darurat. Misalnya setelah minum air sumur ini, tubuh menjadi kebal terhadap ba¬cokan berbagai jenis senjata tajam. Selain itu, orang yang meminumnya bisa tumbuh kepercayaan diri yang kuat dan keberanian luar biasa.

Dahulu, ketika tentara Jepang dan Belanda menguasai Sambas, kelakuan mereka sangat kejam dan bengis. Selain menindas, mereka juga kerap menyiksa rakyat. Tidak sedikit korban jiwa terenggut. Untunglah, air sumur keramat Keraton Sambas bisa menjadi solusi. Setelah meminum air sumur ini, orang pun jadi kebal. Selain itu muncul pula keberanian orang ini untuk untuk melawan kaum jenjajah.

Ada satu orang yang disebut-sebut berada dibalik kemujaraban sumur keramat ini. Dia adalah Raden Sandi Braja, putra mahkota Kerajaan Sambas, yang kemudian menjadi Raja di negeri kaum Bunian. Dengan kesaktiannya Raden Sandi membuat air sumur itu menjadi mujarab. Konon, tujuannya membuat sumur ini tak lain agar keluarga dan kawula Keraton Sambas dapat membela diri dan sekaligus terhindar dari penindasan bangsa lain. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar